Setiap pergantian tahun dalam bangsa kita pasti mengalami perbedaan dalam memberikan standar nasional. Oleh karena itu tentunya akan berbeda pula dalam pemikiran dan dampaknya bagi dunia pendidikan kita, karena apabila tidak diperhatikan secara cermat akan sangat besar pengaruhnya terhadap sumbangsih Inovasi Karya Anak Bangsa dalam mewujudkan cita-cita bangsa menuju Kemandirian Nasional. Trikulum yang berubah setiap ganti menteri, standarisasi sistem kelulusan, infrastruktur gedung dan peralatan yang tidak layak hingga anggaran pendidikan yang minim.
Namun dibalik itu puluhan anak - anak Indonesia berhasil meraih prestasi di kanca internasional diberbagai bidang dari fisika, matematika, biologi, olahraga hingga seni..
Salah satunya adalah Stefano Chiesa Suryanto, pelajar kelas 5 SD Santa Theresia Jakarta Pusat ini memiliki prestasi yang luar biasa. Prestasi paling gemilang adalah saat ia berhasil memperoleh medali emas dan mendapat penghargaan The Best Theory dalam Olympiade matematika untuk tingkat Sekolah Dasar tahun 2007. Yang lebih membanggakan Stefano merupakan peserta termuda dan berhasil meraih medali emas sekaligus mendapatkan nilai tertinggi.
Piala - piala ini dan penghargaan dalam bentuk medali serta piagam ternyata baru sebagian saja dari sejumlah penghargaan yang diperolehnya. Stefano mulai mengukir prestasi sejak kelas 3 SD ketika mengikuti kompetisi matematika terbuka tahun 2005 dan berhasil menjadi juara I. Padahal saat itu orangtuanya sangat tidak yakin Stefano akan menjadi juara, karena dia harus mengalahkan ratusan peserta. Setelah itu berbagai kejuaraan mulai dari tingkat nasional hingga internasional selalu ia ikuti dan mendapatkan gelar juara.
Peran kedua orangtua dalam mendidik Stefano hingga mencapai prestasi ini sangat besar. Sejak kecil orangtuanya menanamkan nilai kerja keras dan disiplin tinggi kepada anak - anaknya.
Berbeda dengan seorang pelajar kelas 1 SMA K Penabur 1 Jakarta ini. Anak yang dikenal kalem ini disegani oleh teman - temannya karena kecerdasannya. Kevin Winata namanya. Anak pertama dari tiga bersaudara ini pada bulan April lalu berhasil merebut medali emas Olympiade Fisika Tingkat Asia di Mongolia. Meraih medali emas tentu merupakan kebanggaan bagi Kevin, apalagi ia membawa nama bangsa ke kanca internasional.
Kevin juga menerima bantuan uang sebesar 10 juta rupiah dari Departemen Pendidikan Nasional. Sebelumnya Kevin berjuang keras untuk meraih medali emas ditingkat propinsi dan nasional dalam Olympiade Sains Nasional.
Berbagai hadiah diraihnya seperti medali emas, piagam dan sejumlah uang. Bagi Kevin fisika adalah mata pelajaran yang mudah dipahami. Belajar fisika berarti belajar tentang kehidupan disekitarnya. Belajar tentang fisika tidak selalu harus dimelototi rumus - rumus yang berbelit, melainkan pelandasan konsep yang kuat.
Awalnya Kevin iseng - iseng ikut kejuaraan fisika ditingkat propinsi. Ketika itu ia masih duduk dikelas 2 SMP. Dari sinilah Kevin terus mengasah kemampuannya sambil mengikuti kegiatan kursus - kursus fisika.
Untuk berbagi ilmu tidak jarang ia menjelaskan dan memecahkan soal fisika kepada rekan - rekannya dikalang kelas. Pelajaran menghafal merupakan pelajaran yang sulit bagi Kevin. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dianggap pelajaran yang memerlukan waktu lama.
Berkat prestasinya Kevin akan buktikan dalam lomba kejuaraan fisika internasional bulan Juni mendatang. Dia akan tersaing dengan pelajar dari 83 negara di dunia.
Oleh karena itu permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia ini seharusnya jangan dijadikan alasan untuk anak bangsa tidak berkembang. Dan seharusnya pemerintah memang harus dapat menjalankan fungsinya sebagai penggerak terciptanya
inovasi karya anak bangsa guna menuju kemandirian nasional.